Dengan hampir 30.000 gerai di 78 negara, Starbucks adalah salah satu perusahaan dengan pertumbuhan tercepat di Amerika Serikat, dan salah satu kedai kopi paling populer di dunia. Perusahaan ini meroket dari 46 gerai pada tahun 1989 menjadi 29.865 gerai pada tahun 2018. Karena branding Starbuck, sepertinya perusahaan ini tidak mulai melambat sekalipun. Oleh karena itu, bagaimana tepatnya brand ini dapat menghasilkan pertumbuhan yang fenomenal? Dan yang lebih penting lagi, apa yang bisa kita pelajari dari branding Starbuck?
Mungkin jika secara logis tentu saja kita tidak bisa menyamai budget yang dikeluarkan Starbuck, sehingga untuk meniru taktik branding yang sama sepertinya mustahil. Namun, masih ada beberapa prinsip utama di balik strategi branding Starbucks yang bisa ‘dipinjam’ dan diterapkan oleh hampir semua brand.
1. Bukan Kopi Starbucks yang Anda dapatkan – melainkan Pengalaman Starbucks
Starbucks adalah pemimpin pasar yang jelas dalam industri kedai kopi. Tapi mengapa? Apakah kopi Starbucks benar-benar seenak itu? Mungkin bagi sebagian orang yang berpikir seperti itu. Namun, ada hal lain yang berperan, sesuatu yang sangat unik bagi Starbuck: pengalaman konsumen Starbucks yang dikembangkan dengan sangat cermat.
Setelah Howard Schultz membeli perusahaan ini dari para pendirinya pada tahun 1987, ia berfokus untuk menjadikan Starbucks sebagai “Tempat Ketiga”. Ide tempat ketiga adalah tempat yang berada di antara tempat kerja dan rumah. Tempat ini adalah tempat di mana orang ingin berkumpul dan bersantai.
Singkatnya, konsumen membeli pengalaman – bukan produk. Bisnis seperti Starbucks memahami prinsip penting ini. Dengan menggunakan pengalaman untuk membingkai produk ‘tradisional’, Anda bisa membuat produk Anda jauh lebih bernilai. Jika Anda tidak bersaing dalam hal pengalaman, maka tidak ada yang membedakan perusahaan Anda dengan perusahaan lainnya.
2. Konsisten Branding yang Tak Terkalahkan
Seperti yang ditunjukkan oleh McDonald’s, konsistensi produk dapat mengalahkan kualitas dan kreativitas untuk membuat pelanggan datang kembali. McDonald’s memiliki gerai di seluruh dunia, namun McDonald mana pun yang Anda datangi akan tetap sama. Anda akan langsung familiar dengan ciri khas McDonald dan setiap aspek dari pengalaman itu akan konsisten dimanapun.
Starbucks pada dasarnya memiliki cerita yang sama. Mereka menyajikan jutaan cangkir kopi setiap harinya tetapi konsistensinya akan selalu sama mau di Starbucks terdekatmu atau Starbucks lainnya yang berjarak lebih jauh. Ciri khas Starbucks seperti ukuran kopinya dalam bahasa Italia (Tall, Grande, Venti, dll), dan rasa kopi yang kita pesan di satu gerai akan terasa sama persis dengan yang lain.
Dari suasana di gerai mereka, konten digital mereka, hingga iklan mereka, semuanya terlihat, terdengar, dan terasa seperti Starbucks. Hasil akhirnya? Pengalaman yang Anda dapatkan dari Starbucks selalu terasa konsisten, baik saat Anda membaca postingan social media, saat Anda antri, menonton iklan Starbucks, atau berinteraksi dengan brand mereka lewat berbagai media lainnya.
Untuk Cafe Starbucks, meskipun pemilik gerai memiliki kebebasan tertentu untuk menjalankan fasilitasnya, mereka harus memastikan untuk memberikan kualitas inti Starbucks seperti:
- Musik indie
- Susunan Meja-meja yang nyaman untuk kerja.
- Koneksi internet cepat
- Tempat cas yang strategis
Dalam banyak hal, strategi media sosial Starbucks merupakan ekstensi dari suasana gerainya yang terkenal tenang, mengundang, dan hangat.
Singkatnya, menjaga pengalaman brand yang konsisten bagi pelanggan Anda adalah kunci untuk membawa mereka kembali ke perusahaan Anda dan menciptakan brand advocate dari pelanggan Anda.
3. Musik yang dikurasi
Pada tahun 2016, Starbucks bermitra dengan Spotify untuk musik yang sekarang putarkan melalui gerainya. Starbucks juga mengintegrasikan layanan musik streaming ke dalam aplikasi selulernya, sehingga pelanggan dapat melihat musik yang sedang diputar dan menyimpannya untuk nanti.
Playlist Starbucks dikurasi dengan cermat untuk membantu menciptakan suasana kedai kopi lokal. Holly Hinton dan David Legry, kurator musik internal Starbucks, bertanggung jawab atas apa yang diputar. Tugas mereka adalah mencari lagu, dan artis menurut mereka cocok untuk diputar di kedai kopi.
Dalam sebuah wawancara dengan Fast Company, Holy Hinton mengatakan: “Kami ingin pelanggan kami masuk dan memiliki momen ‘Lagu apa itu? Kami ingin mereka mendengar musik yang menarik dan keren yang mungkin tidak mereka dengar saat menyalakan radio. Ini adalah musik yang ingin kita dengar di hari Minggu pagi saat kita membaca koran dan minum kopi. Ini adalah musik yang bersifat pribadi antar teman.”
4. Merangkul Data
Starbucks tidak hanya menghabiskan banyak biji kopi untuk melayani para pelanggannya, tetapi mereka juga menggunakan banyak data yang mereka manfaatkan dengan berbagai cara untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan bisnis mereka. Dengan 90 juta transaksi per minggu di lebih dari 25.000 gerai di seluruh dunia, raksasa kopi ini menjadi yang terdepan dalam menggunakan big data dan AI untuk membantu pemasaran, penjualan, dan keputusan bisnis.
Di Sagara Technology, tim kami sangat handal dalam mengembangkan brand Anda dengan dimulai dari hal yang paling sederhana sekalipun seperti palet warna hingga bahkan desain layout web perusahaan Anda. Layanan kreatif kami akan memastikan perusahaan Anda menjadi sangat unik!
Baca juga artikel lainnya bersama Sagara Technology di sini.